Komunitas Gusdurian Gorontalo Gelar Diskusi Publik, Begini Pembahasannya

 Kronologi, Gorontalo – Komunitas Gusdurian Gorontalo gelar diskusi publik, di Gedung Cakrawala MIPA Universitas Negeri Gorontalo (UNG), Jumat (18/10/2019). Acara dilakukan untuk merefleksikan situasi pasca Pileg dan Pilpres 2019 serta wacana RUU yang tengah digulirkan Pemerintah dan DPR.

Diskusi bertajuk ‘Membaca Indonesia, dari RUU hingga Papua’ tersebut menghadirkan penggiat demokrasi sekaligus Akademisi UNG, Samsi Pomalingo. Dalam pemaparanya, Samsi mengatakan, saat ini kondisi bangsa Indonesia perlu dilihat bagaimana Gus Dur menyelesaikan berbagai masalah yang tengah dihadapai bangsa ini.

“Gus Dur semasa hidupnya terus memberikan pencerahan lewat artikel-artikel yang ditulisnya. Setiap artikel itu ada banyak gagasan yang ditawarkan untuk melihat setiap persolan. Ini penting untuk jadikan cara padang dalam melihat Indonesia dan kebijakan yang dilahirkan pemerintah dalam penyelesaian masalah, termasuk soal Papua,”papar Samsi.

Samsi berharap, kepada peserta diskusi, bahwa polemik soal RUU dan papua perlu dibaca secara konprehensif dan carikan kongklusinnya.

“Jika hal tersebut diabaikan, maka yang terjadi sebuah pemahaman yang keliru dalam memahami setiap polemic yang timbul dipermukaan, “ kata Samsi.

Samsi mencontohkan, bagaimana Gus Dur menyikapi soal RUU Pornograpi yang menjadi polemik saat itu. Penolakan Gus Dur terhadap RUU tersebut berbuah penolakan oleh ormas FPI karena mengangap Gus Dur sebagai tokoh yang pro terhadap Pornograpi .

“Padahal menurutnya, Gus Dur sedang mengajak publik agar kasus pornograpi bisa ditindak secara moral, bukan dengan cara hokum,” tambahnya.

Sementara itu, Djufri Hard yang juga hadri dalam diskusi tersebut memberikan pemikiran banding terkait tema yang diangkat dalam Lingkar Gusdurian Kampus tersebut. Untuk masalah di Papua, menurutnya, yang terjadi adalah perlakuan diskriminatif.

“Yang terjadi di Papua bukan soal agama, tapi soal ‘hitam-kriting’ yang sangat sensitif,” kata Djufry.

Dufry juga menambahkan, bahwa kita perlu melihat bagaimana strategi Gus Dur mendekati Papua saat itu. Membuka ruang dialog yang awalnya tertutup dibuat terbuka, mengubah nama Irian Jaya dengan nama Papua sesuai permintaan warga Papua.

“Gus Dur melakukan pendekatan yang sangat humanis terkait papua, bahkan Gus Dur mengizinkan pengibaran bendera kultur Papua, Bintang Kejora. Karena menurut pemahaman Gus Dur, bendera bintang kejora merupakan bendera kultur warga papua,” tandas Djufry.

Selaku patner acara, Rayon KH Abdurrhman Wahid, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia, Koimisariat UNG, Zainudin Muhamad mengatakan, diskusi yang dimulai sekitar pukul 16.00 Wita, dihadiri puluhan peserta dari berbagai Fakultas di Universitas Negeri Gorontalo.

Dan berharap, lingkar Gusdurian kampus terus konsisten membumikan nilai pemikiran Gus Dur yang kerap kali kurang dipahami Mahasiswa.

“Nah, ruang diskusi ini adalah momentum untuk menyebarluaskan pemikiran Gus Dur. Sebab, pemikiran Gus Dur itu kan masih sangat relevan hingga saat ini,” katanya.

https://kronologi.id/2019/10/18/komunitas-gusdurian-gorontalo-gelar-diskusi-publik-begini-pembahasannya/


Komunitas Gusdurian Gorontalo Gelar Diskusi Publik, Begini Pembahasannya Komunitas Gusdurian Gorontalo Gelar Diskusi Publik, Begini Pembahasannya Reviewed by Redaksi on July 18, 2021 Rating: 5

No comments

Note: Only a member of this blog may post a comment.

Theme Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.