Dari Relasi Sosial Santri Kyai ke Relasi Sosmed
Pada zaman sebelum medsos, sebagian warga nahdliyyin yang mendengar kehebohan nasional terkait politik, polemik Pro kontra hingga ke soal agama tabayyun nya ke kiai terdekat. Di kampung saya dulu, ada seorang kiai yang sampai harus membuat semacam tulisan dalam format tanya jawab agama untuk menjelaskan berbagai masalah keagamaan dan kemasyarakatn: dari masalah Kristen isasi, hingga kehebohan GUS Dur yang ramai dibicarakan karena pernah bilang assalamualaikum cukup diganti selamat Pagi atau selamat siang dll. Kyai Hamid namanya. Beliau kyai pintar untuk ukuran kyai kampung dan tulisannya begitu mudah di pahami dan mencerahkan bagi Santri Santrinya. Karena zaman itu belum ada medsos, untuk Bisa mendapat kan kabar kabar Aktual seputar Isu agama dan ke masyarakat an, para murid2nya memfotokopi tulisan tulisannya.
DI jaman itu, NU sudah memiliki algoritma baku dalam relasi sosial Di dunia nyata: informasi selalu disaring dan didistribusikan kembali setelah dapat klarifikasi dari kyai. Sekarang hubungan warga nahdliyyin dengan kiai atau ustadz setempat sudah pudar. Gejala ini sudah pernah diutamakan oleh Kuntowidjoyo, kiai sebagai penebar dan distributor informasi digantikan perannya oleh media yang sekarang bahkan lebih intens oleh sosial media. Hubungan Santri kyai sudah pudar, tidak seintens dulu karena keintiman itu sudah digantikan oleh sosmed.
Algoritma relasi sosial diganti oleh algoritma sosial media yang a sosial. Umat Islam dari segala penjuru didekatkan dengan informasi yang paling banyak dia konsumsi. Jadi jangan heran jika informasi homogen seperti ini tidak akan meretas Pro kontra pengajian yang Pro Gus Muwafiq vs anti Gus Muwafiq, masing2 dikuatkan dengan argumennya secara homogen. Bentrok tak terelakkan.
Saya jadi me ngerti kenapa beberapa tahun sebelum meninggal, Gus Dur ingin menghidupkan kyai kampung. Kalau dalam konteks saat ini, Kyai kampung harus dapat berperan menjadi buzzer dalam menegaskan aqidah ahlussunah wal jamaah, Islam NU yang berwawasan nusantara, menghormati kebhinnekaan dan selalu menjadi perekat umat, bukan pemecah umat. Tugas yg begitu Mulia untuk saat ini, siapa berani?
Oleh : Muhammad Nurkhoiron
Dari Relasi Sosial Santri Kyai ke Relasi Sosmed
Reviewed by KGD Gorontalo
on
December 16, 2019
Rating:
No comments
Note: Only a member of this blog may post a comment.